LIPUTAN7 AKTUAL, PACITAN, – Dalam pusaran dinamika politik nasional menuju Pemilu 2029, muncul satu nama yang mencuri perhatian masyarakat Dapil 1 Pacitan-Pringkuku: Jefri Asmoro Diyatno, S.E. Sosok muda ini tampil membawa semangat perubahan, bukan hanya dengan gagasan-gagasan progresif, tetapi juga dengan latar belakang kehidupannya yang begitu dekat dengan realita rakyat kecil.
Ia bukan anak pejabat, bukan pula lahir dari keluarga elit, namun dari lorong kehidupan masyarakat biasa, ia tumbuh menjadi pemuda tangguh yang siap menjadi bagian dari perjuangan rakyat.
Lahir dari keluarga sederhana di Pacitan, Jefri adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Ayahnya, Prayitno, bekerja sebagai buruh pasar, sementara ibunya, almarhumah Marsini, adalah pedagang kecil yang sabar dan penuh kasih. Kehidupan ekonomi yang pas-pasan tak menyurutkan semangat Jefri untuk terus melangkah maju. Dari kecil ia sudah mengenal arti kerja keras, hidup hemat, dan menghargai setiap rupiah yang didapat dari keringat sendiri.
Sejak usia dini, Jefri menunjukkan minat yang kuat terhadap seni, khususnya musik tradisional Jawa. Ia dikenal sebagai pemain kendang (ketipung) yang andal di lingkungan sekitarnya. Dunia seni memberinya ruang untuk berekspresi, membentuk kepekaan sosial, dan memperkuat kecintaannya terhadap budaya lokal. Namun, seiring waktu, Jefri menemukan panggilan baru dalam dunia literasi dan jurnalistik.

Saat duduk di bangku kuliah di STAINU Pacitan, mengambil jurusan Ekonomi Syariah, Jefri aktif menulis dan mengikuti berbagai forum diskusi. Ia menemukan kekuatan dalam kata-kata, dalam menyuarakan suara rakyat melalui tulisan. Dari sinilah ia mulai dikenal di kalangan mahasiswa dan masyarakat sebagai pemuda yang vokal, berani menyuarakan kebenaran, dan konsisten dalam memperjuangkan keadilan sosial.
Aktivitas jurnalistiknya tidak hanya terbatas di kampus. Ia kerap turun langsung ke lapangan, mewawancarai pedagang pasar, buruh, petani, dan nelayan – mereka yang jarang tersentuh sorotan media arus utama. Ia percaya bahwa suara mereka adalah suara sejati rakyat. Dari sinilah tumbuh semangatnya untuk terjun ke dunia politik – bukan untuk mengejar kekuasaan, tetapi untuk memperjuangkan apa yang selama ini ia suarakan.
“Saya tidak ingin menjadi politisi yang hanya duduk di belakang meja. Saya ingin menjadi wakil rakyat yang benar-benar hadir di tengah rakyat,” ujar Jefri kepada wartawan pada Senin, 5 Mei 2025.
Pandangan politiknya sangat dipengaruhi oleh pengalaman hidup dan pergaulan sosialnya. Ia meyakini bahwa politik harus menjadi alat perjuangan, bukan alat kepentingan pribadi. Karena itu, ia memilih PDI Perjuangan sebagai kendaraan politiknya yaitu partai yang memiliki sejarah panjang dalam membela wong cilik.
“Banteng adalah bukti kekuatan rakyat. Banteng adalah semangat perjuangan tanpa lelah. Dan saya ingin menjadi bagian dari perjuangan itu,” tegas Jefri.
Dalam konteks Pemilu 2029, Jefri membawa semangat baru: politik sebagai ruang partisipasi anak muda. Ia percaya bahwa generasi muda harus ambil bagian dalam menentukan arah bangsa. Ia tidak hanya bicara soal perubahan, tapi ia sendiri adalah wujud nyata perubahan itu. Sosoknya yang sederhana, ramah, dan mudah diajak berdiskusi membuatnya dekat dengan masyarakat, terutama generasi muda di Pacitan dan Pringkuku.
“Sudah waktunya anak muda tidak hanya jadi penonton. Kita harus masuk ke gelanggang politik dan membawa idealisme kita. Kita bawa nilai-nilai kejujuran, kerja nyata, dan kepedulian sosial ke dalam parlemen,” katanya.
Kiprah Jefri selama ini tidak lepas dari kerja-kerja nyata di masyarakat. Ia aktif dalam kegiatan sosial, pendidikan, pemberdayaan ekonomi rakyat, dan pelestarian budaya. Ia juga menjadi motor penggerak berbagai kegiatan literasi dan pelatihan keterampilan untuk anak-anak muda di desanya. Ia ingin membuktikan bahwa politik bisa menjadi jembatan perubahan, bukan sekadar janji.
“Kami melihat Mas Jefri sebagai sosok yang punya niat tulus. Dia tidak datang hanya saat pemilu. Dia ada saat kami butuh. Itu yang membuat kami percaya,” kata seorang warga Sirnoboyo.
Dalam perjalanannya, Jefri tidak melupakan akar dan nilai-nilai keluarganya. Ia selalu mengingat pesan almarhumah ibunya untuk tetap rendah hati dan tidak melupakan asal-usul. Nilai-nilai itulah yang menjadi fondasi moralnya dalam berpolitik.
“Ibu saya selalu berkata: ‘Nak, hidup itu harus jujur. Jangan pernah menyakiti orang lain demi kepentinganmu sendiri.’ Itu yang selalu saya pegang hingga hari ini,” ungkap Jefri haru.
Melihat konstelasi politik hari ini, terutama setelah Pemilu 2024 yang penuh dinamika, Jefri melihat pentingnya rekonsiliasi dan harmonisasi. Ia menyebut tahun 2025 sebagai tahun rekonsiliasi nasional, di mana seluruh elemen bangsa harus bersatu kembali untuk membangun fondasi menuju perubahan besar pada Pemilu 2029.
“2024 adalah tahun politik. 2025 adalah tahun rekonsiliasi. Dan 2029 harus menjadi tahun perubahan untuk politik Indonesia yang lebih sehat, lebih jujur, dan lebih berpihak pada rakyat,” tegasnya.
Dengan semangat muda yang ia miliki, Jefri siap membawa energi baru ke dalam parlemen. Ia ingin menjadikan DPRD sebagai ruang aspirasi, bukan hanya simbol kekuasaan. Ia ingin menyuarakan pendidikan gratis, lapangan kerja untuk pemuda, perlindungan terhadap pedagang kecil, serta akses kesehatan yang merata.
Jefri Asmoro Diyatno, S.E bukan hanya calon legislatif. Ia adalah simbol harapan baru. Harapan bahwa politik bisa menjadi bersih. Bahwa anak tukang pasar bisa duduk di kursi dewan tanpa harus menggadaikan idealismenya. Bahwa perubahan itu nyata, dan bisa dimulai dari desa.
Bersama PDI Perjuangan, Membangun Pacitan Menuju Pemilu 2029
Melalui tagline “Kritis, Peduli, dan Bekerja Untuk Rakyat,” Jefri membawa gagasan dan tindakan nyata. Ia tidak hanya ingin bicara, tetapi juga berbuat. Bersama banteng, ia siap menembus batas-batas politik lama dan menghadirkan semangat baru untuk Pacitan.
Untuk para pemilih muda, Jefri adalah refleksi dari masa depan yang bisa diraih melalui perjuangan. Ia bukan politisi instan. Ia adalah pejuang muda yang lahir dari rakyat dan ingin kembali kepada rakyat.***
Tim Redaksi